SEKILAS INFO
: - Friday, 29-03-2024
  • 2 tahun yang lalu / Cendekiawan Muslim VI ? Sudah daftar belum….?
  • 4 tahun yang lalu / Selamat datang di website resmi Muhammadiyah Boarding School (MBS) Tarakan.
Liburan Sepi di Kota Rantau | Cerita Pendek

ditulis oleh : Muhammad  Idzhar | Santri MBS Tarakan

Kesepian itu datang dari pikiran kita. Jika kita
Berpikir kesepian maka itulah yang akan kita rasakan
Namun bila kita berpikir keramaian maka keramaian
Pula yang akan kita dapatkan.”

Pada umumnya, masyarakat lndonesia rutin melakukan mudik atau pulang kampung halaman menjelang Hari Raya Idul Fitri. Kebiasaan mudik di lndonesia ini terjadi bagi mereka yang bekerja atau pun bersekolah di luar kota asal. Jika lebaran tiba, jutaan masyarakat lndonesia yang merantau akan berbondong-bondong pulang ke kampung halamanya masing-masing. Sehingga tidak diherankan bila mudik sudah menjadi tradisi masyarakat lndonesia di kala lebaran.

Tingginya antusias pemudik membuat kebanyakan dari mereka tidak mempedulikan kesulitan-kesulitan yang akan mereka alami dalam perjalanan mudik menuju kampung halaman. Mereka tidak peduli meski harus berdesak – desakan di stasiun, mengalami macet yang begitu panjang, sehingga kenaikan tiket yang sangat drastis, dan hal sebagainya. Itu semua mereka perjuangkan demi merayakan Idul Fitri di kampung halaman bersama keluarga tercinta.

Namun tidak semua diantara mereka dapat pulang ke kampung halaman masing-masing, bahkan banyak juga yang terpaksa harus menikmati kesendiriannya di ‘Kota Perantauan’ tanpa keluarga tercinta, tanpa teman-teman penghibur dan rutinitas sekolah seperti biasa. Hanya sendiri merayakan lebaran ditempat perantauan, karena semua teman-teman juga pulang mudik ke daerahnya masing-masing. Inilah yang terjadi pada pria berumur 18 tahun yang akrab di panggil ‘Bang Adam’ oleh adik-adik kelasnya.

          Bang Adam merupakan salah satu santri di Pesantren Modern Tarakan yang memiliki nama lengkap Muhammad Adam. Ia merupakan santri angkatan ketiga di Pesantren Modern. Ia berasal dari salah satu pulau penghasil garam terbesar di lndonesia, yaitu Madura.

Bang Adam terpaksa harus menghabiskan masa-masa liburannya di kota Tarakan, kota perantauannya saat ini. Semua itu tejadi Karena suatau kendala yang mengakibatkan ia tidak dapat mudik ke Madura, meski untuk sekedar melihat rumah pertamanya.

     “Sebenarnya saya ingin pulang, tapi anggaran untuk pulang sudah terpakai untuk urusan yang lain. Jadi akhirnya rencana untuk pulang saya batalkan. Ini sudah tahun ke 2 saya tidak pulang selama di Tarakan padahal dulu saat di Tanjung Selor saya selalu pulang.” Tutur Bang Adam saat ditanya penyebab yang membuatnya bertahan di Kota Tarakan.

        Keinginan bang Adam untuk mudik sebenarnya sangat kuat, tentu saja ia sangat rindu dengan kampung halamannya, selama 2 tahun terakhir ini ia tak pernah lagi melihat kota kelahirannya tersebut, yaitu Madura. Meski begitu, takdir ternyata mengharuskan ia tetap tinggal di Kota Tarakan, namun bang Adam tidak merasa kesal ataupun kecewa dengan hal itu.  Menurut pernyataan bang Adam, sebenarnya ia merasa bosan saat awal-awal menjalani hari-hari liburannya di pesantren, tidak ada teman yang berada di sekitarnya, sangat berbeda dengan kesehariaannya seperti biasa. Namun akhirnya, bang Adam berpikir bahwa adakalanya seorang manusia berada di keramaian dan suatu saat ia juga akan sendiri seperti yang di alaminya saat ini, tidak selamanya ia akan terus berada di keramaian.

             Menurutnya juga, semua ini merupakan salah satu episode hidupnya. Episode yang tetap harus ia jalani, termasuk kesendiriannya di saat lebaran. Ia tak masalah dengan hal ini, yang terpenting baginya ialah bagaimana ia tetap dapat menjalani perjalanan hidup dengan semestinya. Menjadi satu-satunya  santri Pesantren Modern yang tetap bertahan alias tidak mudik ternyata  sangat berat dijalaninya. Bahkan bang Adam sendiri sempat merasa iri dengan teman-temannya yang lain, dapat pulang mudik bertemu dengan keluarga, merayakan lebaran di kampung halaman, bertemu dengan alumni SD dan SMP. Sedangkan ia sendiri berada di kota perantauan, sepi, dan tak ada seorang pun yang menemaninya di saat itu. Namun ia tetap bertahan dari hempasan perasaan rindu yang kapan saja bisa datang menghinggapi tubuhnya.

               Pada akhirnya, di saat sepi tersebut bang Adam dapat menemukan cara yang dapat membuat dirinya terhibur. Akhirnya ia mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa ia tergantung dari apa yang kita pikirkan.

“Kesepian itu datang dari pikiran kita. Jika kita berpikir kesepian maka itulah yang akan kita rasakan. Namun bila kita berpikir karamaian maka keramaian pula yang kita dapatkan.” Menurutnya.

       Maka dalam hal ini, Bang Adam menerima apa adanya semua yang terjadi. Dan pada akhirnya ia dapat mengalahkan rasa sepi yang selalu merapi tubuhnya. Untuk melalui hari-hari panjang yang terasa kering tersebut. Bang Adam memanfaatkan banyak waktunya untuk melakukan berbagai kegiatan yang juga dapat mengatasi rasa kesepiannya.

        “Sebenarnya sepi pasti ada, tapi karna pekerjaan menumpuk akhirnya satu-satunya untuk mengatasi rasa sepi adalah bercengkrama dengan pekerjaan yang menumpuk tersebut. Baik itu tugas-tugas pesantren, tugas dari IPM, dan lain sebagainya.” Ujar bang Adam.

    Selama menjalani hari-hari di asrama. Bang Adam benar-benar merasakan kehilangan seorang teman, meski hanya untuk sementra. Jika biasanya banyak teman di asrama, kini ia hanya sendiri di asrama, yang bernama ‘Rumah Modern’ tersebut. Dan hal yang paling Bang Adam takutkan adalah ancaman maling yang datang sewaktu-waktu bisa datang menghampiri asrama dan juga akan mengancam keselamatannya.

    “Kalau malam saya kan tidur sendiri. Jadi saya mencari kamar yang yang bisa di kunci dengan menyanding sebilah pisau dapur untuk melakukan perlawanan kalauada maling yang masuk dan juga saya mempersiapkan tongkat bekas gagang sapu yang sudah rusak sapunya.” Ujarnya dengan dramatis.

     Suka dan duka pasti dialami oleh siapa saja, dimana pun dan dalam kejadian apapun. Termasuk apa yang dialami bang Adam saat ini, tidak mudik selama 2 tahun terakhir ini membuatnya memiliki banyak pengalaman yang tentunya tak terlupakan dalam episode hidupnya.

      Saat ditanya, bang Adam merasa sedih karena ia sebenarnya ingin pulang namun tak ada biaya, dan juga kesepian karena hari lebaran hanya ia habiskan dengan kesendiriannya di Rumah Modern. Tidak ada lagi rekreasi lebaran seperti yang sering ia lakukan saat di kota kelahirannya dulu, tak ada juga acara berkunjung ke rumah-rumah kerabat. Kecuali hanya kunjungan tetangga-tetangga dekat untuk mencicipi makanan yang mereka tawarkan.

     Namun lagi-lagi bang Adam memperjelas, baginya ini bukan masalah besar. Yang penting orang tuanya di rumah sudah mengerti dengan masalahnya yang sebenarnya, mengenai alasan yang membuat ia tak bisa mudik ke kampung halamannya, mungkin yang dapat ia lakukan adalah berhubungan melalui telepon dengan orang tuanya.

     Bang Adam bahkan bersyukur kepada Allah. Karena, ia tak bisa berkumpul dengan keluarga tercinta di Madura, namun ia mendapatkan sebuah pelajaran yang sangat penting bahwa setiap kejadian di dalam kehidupan ini tidak selamanya harus menurut dengan apa yang kita mau, jadi di samping kita harus siap bahagia kita juga harus siap untuk merasakan kesedihan. Begitulah kurang lebih pernyataan yang terlontar dari perkataannya bang Adam.

5 komentar

Agp, Friday, 20 Aug 2021

Bagus

Reply

Abu Uwais, Friday, 20 Aug 2021

Masya Allah
Terus berkarya nak

Reply

Karmila Ahmad, Friday, 20 Aug 2021

Masya Allah… calon penulis masa depan… tingkatkan trus literasi dan subtansi tulisanx menuju insan sang pencerah…aamin y rabbal alamin

Reply

Suriyanti, Friday, 20 Aug 2021

Sabar …sabar …sabar bang Adam
Insya Allah pasti ada jln,semoga bang Adam sehat slalu n dilancarkan rezkix.Aamiin

Reply

Suriyanti, Friday, 20 Aug 2021

Sabar.. sabar..sabar bang Adam
Insya Allah ada jln,semoga bang Adam sehat slalu n dilancarkan rezkix, sehingga bisa bertemu keluarga di kmpng halaman ,Aamiin.

Reply

Leave a Reply to Agp Cancel reply

Agenda

Maps Sekolah

Pengumuman

PEMBUKAAN PENERIMAAN SANTRI BARU MBS TARAKAN TA 2024/2025

CENDEKIAWAN MUSLIM VI

Pembukaan Penerimaan Santri Baru MBS Tarakan Tahun 2021/2022