SEKILAS INFO
: - Friday, 31-01-2025
  • 4 bulan yang lalu / Pendaftaran Cendekaiwa Muslim IX Telah di Buka Loooh!! Sudah daftar belum?
  • 5 tahun yang lalu / Selamat datang di website resmi Muhammadiyah Boarding School (MBS) Tarakan.

STOP MENORMALISASI CANDAAN DENGAN MENGOLOK DAN MERENDAHKAN MARWAH ORANG LAIN

Berseloroh atau melemparkan candaan memang kadang diperlukan untuk mencairkan suasana atau membangun chemistry. Tujuan dari melemparkan candaan adalah untuk memunculkan suasana yang humoris, agar obrolan menjadi lebih hidup dan tidak kaku. Candaan biasanya diperlukan untuk menghibur seseorang yang sedang dilanda kesedihan atau permasalahan. Rasulallah Saw, juga merupakan sosok yang suka bercanda, baik dengan sahabat, keluarga ataupun kaumnya yang bertanya. Dalam suatu sirah, rasulallah pernah bercanda kepada seorang wanita tua. Ketika itu wanita tua tersebut mendatangi Rasulallah, dan beliau berkata: “Wahai Nabi, do’akan saya kepada Allah Swt, mudah-mudahan saya masuk surga”. Kata wanita tua dengan antusias, bertanya kepada Rasulallah. Kemudian Rasulallah menjawan dengan candaan “Wahai ibu Fulan, sesungguhnya surga itu tidak bakal dimasuki wanita tua (tidak ada wanita tua di surga)”, Ibu tua tadi pun berbalik dengan sedih, Maka Nabi bersabda, “Beritahukan kepada wanita itu, bahwa ia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua (di surga akan menjadi muda kembali).” Seketika wajah ibu tua tadi pun, berubah menjadi bahagia, serta pengharapannya menjadi ahli surga pun semakin membuncah.

Rasulallah senang bercanda, bahkan sahabat sekaligus menantunya Ali Bin Abi Thalib r.a, pernah beradu canda dengan Rasulallah, ketika berbuka puasa Para sahabat dan Rasulallah berbuka dengan meminum air putih dan  makan kuram bersama, saat itu Ali Bin Abi Thalib r.a, menyadari bahwa dia memakan kurma terlalu banyak sehingga tampak tumpukan biji kurma disisinya sudah menumpuk, lalu beliau iseng memindahkan biji kurma itu ke tumpukan biji kurma Rasulallah, lalu Ali pun berkata, a “Ya Nabi, engkau memakan kurma lebih banyak daripada aku, lihatlah biji-biji kurma yang menumpuk di tempatmu.” Nabi pun tertawa dan sambil bercanda menjawab,“Nah Ali, kamulah yang memakan lebih banyak kurma, karena aku memakan kurma dan masih menyisakan bijinya, sedangkan engkau memakan kurma sekalian dengan biji-bijinya.” Balasan canda dari Rasulallah tersebut sontak mengundang tawa dari para sahabat yang mendengarkan.  

Dari sosok Rasulallah kita belajar, bahwa bercanda tentu tidak dilarang asalkan tidak dengan merendahkan orang lain, dan bukan dengan membuat-buat candaan hanya untuk sekedar guyonan dan lucu-lucuan. Rasulallah tidak pernah menyampaikan sesuatu kecuali benar adanya atau nampak terlihat, dalam kasus biji kurma Ali ra misalnya, yang nampak di hadapan semuanya adalah tidak ada biji kurma di sisi Ali ra, maka Rasulallah membuat candaan dengan bukti yang nampak dihadapan semua orang. Dan candaan yang dilontarkan kepada Perempuan tentu berdasarkan wahyu yang diterimanya dalam surat Al Wāqi’ah ayat 36-37.

  فَجَعَلۡنٰهُنَّ اَبۡكَارًاۙ‏ ٣٦  عُرُبًا اَتۡرَابًاۙ‏ ٣٧ 

36) lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan, 37) yang penuh cinta (dan) sebaya umurnya.  Belajar dari Rasulallah Saw, maka bercandalah dengan tidak merendahkan apalagi sampai mengolok-olok orang lain atau lawan bicara. Sebagaimana dalam surat Al Hujurat ayat 11 Allah SWT berfirman: 

 يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ مِّنۡ قَوۡمٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا خَيۡرًا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٌ مِّنۡ نِّسَآءٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُنَّ خَيۡرًا مِّنۡهُنَّۚ وَلَا تَلۡمِزُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُوۡا بِالۡاَلۡقَابِؕ بِئۡسَ الِاسۡمُ الۡفُسُوۡقُ بَعۡدَ الۡاِيۡمَانِ ۚ وَمَنۡ لَّمۡ يَتُبۡ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوۡنَ‏ ١١ 
“ Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-ngolok), dan jangan pula Perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) Perempuan lain, (karena) boleh jadi Perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari Perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fisik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertoba, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim”. 

Sebagai orang yang beriman kepada Allah Swt, ayat tersebut merupakan peringatan keras dari Allah Swt, terhadap orang-orang yang gemar mengolok dan merendahkan orang lain. Terlebih hal tersebut sering dinormalisasikan sebagai sebuah candaan, bahkan memberikan inisial berdasarkan bentuk fisik atau bercanda dengan nama ayah seseorang,  "Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'ad dari Ayahnya, dari Humaid bin Abdurrahman, dari Abdullah bin 'Amr radhiallahu'anhuma, ia berkata Rasullah SAW bersabda: "Sesungguhnya diantara dosa-dosa yang paling besar adalah seseorang yang melaknat kedua orang tuanya sendiri". Beliau ditanya: "Bagaimana seseorang dapat melaknat kedua orang tuanya sendiri?" Beliau menjawab: "Seseorang yang mencela ayah orang lain, kemudian orang tersebut membalas kemudian mencela ayah dan ibu orang pertama." 

Di Muhammadiyah dulu kita dulu memiliki tokoh yang gemar menyisipkan candaan dalam setiap ceramah-ceramahnya yaitu Bapak Abdur Rozak Fachruddin, yang dikenal dengan nama AR Fachruddin, beliau adalah sosok yang tegas, santun, lembut, cerdas dan juga humoris. Dalam buku yang ditulis oleh Drs. H.M. Sukriyanto, AR, M.Hum yang diberi judul Anekdot dan kenangan lepas tentang Pak AR. Buku kecil yang penuh dengan hikmah serta beberapa anekdot Pak AR yang diungkapkan oleh beberapa tokoh, baik dari kalangan Muhammadiyah maupun dari luar Muhammadiyah. Salah satu anekdotnya Pak AR adalah ketika mengikuti tes untuk memperoleh SIM, ada dua model jalan yang harus dilalui oleh Pak AR, jalan yang luas dan jalanan yang sempit, saat melalui jalan raya Pak AR, membawa motornya dengan lancar dan benar, lalu pas dijalanan yang sempit beliau turun dari motornya dan menuntun motornya tersebut, lalu polisi yang mendampingi tesnya bertanya, “loh pak kok didorong motornya?”, lalu pak AR menjawab, “La wong saya ikut tes SIM ini biar selamat dalam berkendara kok, lah kalau jalannya sempit dan licin seperti ini ya lebih baik saya tuntun saja motornya biar tetap selamat, daripada saya kenadarai tapi saya celaka”. Spontan polisi yang dampingi Pak AR pun tertawa mendengar kelakarnya Pak AR.  

Berdakwah memang perlu humor untuk menarik minat mad’u, namun humor bukan inti dari dakwah. Humor hanya media yang diselipkan agar inti dakwah itu bisa sampai. Oleh karenya baik sebagai penceramah atau pendidik harus pandai memilah dan melontarkan kalimat yang bijak baik sebagai materi inti atau humor yang disisipkan.   

Semoga Allah Swt, senantiasa menuntun lisan dan jari jemari kita agar senantiasa berucap dan menulis hal-hal yang bernilai ketaqwaan.  

Nurismaya Aliatunisa, Pengampu ISMUBA

TINGGALKAN KOMENTAR

Agenda

Maps Sekolah

Pengumuman

PEMBUKAAN PENERIMAAN SANTRI BARU MBS TARAKAN TA 2024/2025

CENDEKIAWAN MUSLIM VI

Pembukaan Penerimaan Santri Baru MBS Tarakan Tahun 2021/2022