“Assa dan perjalanannya menuju juara ke tiga Stand Up Comedy dalam ajang Pospenas 2019”
Hari ini kami berkesempatan untuk berbagi cerita dengan salah satu santri Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School Tarakan (MBS Tarakan), Nurrahman Ass’adah atau biasa dipanggil Assa. Santri kelahiran tarakan 2003 ini merupakan anak dari bapak Syamsi Sarman dan Ibu Rita. Sebagai seorang anak yang didik dalam lingkungan Muhammadiyah tentunya Assa tidak bisa lepas dari nilai-nilai religiutas yang diajarkan dalam lingkungan keluarga.
“Motivasi apa yang membuat kamu tertarik untuk melanjutkan pendidikan di pesantren?”
“Saya tertarik dengan pendidikan pesantren, ketika melihat kakak saya melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Mujahidin. Awalnya saya tertarik melanjukan kesana (Mujahidin), namun karena MBS Tarakan beridiri, jadinya keluarga lebih memilihkan untuk melanjutkan pendidikan di MBS Tarakan, yang waktu itu masih dua angkatan. Selain itu, saya adalah alumni program Pesantren Sabtu Ahad dan dari situ saya semakin tertarik untuk memperdalam ilmu Agama”. Jawab Nurrahman Ass’adah.
Saat ini, Assa sudah kelas XII sebagai santri senior selain memiliki kesibukan dalam menghafal Qur’an dan belajar ia juga aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) serta ikut berperan membantu pengasuh asrama (Musyrif) untuk mengatur santri yang lebih muda, dalam hal ketertiban ibadah.
“Saat ini saya sebagai santri yang bertugas mengatur adik-adik kelas ketika berada di Mushallah untuk aktifitas Sholat, Dzikir, dan aktifitas Ibadah laiinnya. Selain itu saya juga selaku Ketua Ranting IPM MBS Tarakan, yang bertugas untuk membentuk para santri untuk mengenal Muhammadiyah dan nantinya mengabdikan diri untuk umat dan bangsa” jelas Assa kepada kami.
Di sela-sela kesibukan belajar dan amanah organisasi yang diberikan kepada dirinya, Assa dikenal sebagai santri yang rajin untuk menghafal dan mengulang-ulang kembali hafalannya. Tidaklah heran kalau tahun ini Assa menjadi salah satu calon peserta wisuda Tahfidz MBS Tarakan.
Namun dibalik itu semua, ada kejadian menarik di tahun 2019 yang lalu. Kantor Kementrian Agama mengeluarkan surat permohonan peserta Pospenas 2019 yang diadakan di bandung dengan beberapa cabang lomba. Diantaranya, Silat, Puisi, Seni Khot dan Stand Up Comedy. Cabang terakhir disebut adalah cabang baru di perhelatan Pospenas.
Setelah pihak guru atau ustadz di MBS Tarakan mendapat pemberitahuan tersebut, ditunjuklah Assa sebagai ketua IPM untuk mencari santri-santri yang memiliki kemampuan sesuai dengan lomba dan mampu untuk tampil dipanggung. Tersebutlah nama, Marko, santri kelas X SMA. Namun, Marko memliki masalah, sehingga tidak bisa untuk mengikuti kompetisi tersebut.
“Kami menaruh harapan besar ke Marko, untuk dapat mngikuti kompetisi tersebut, namun karena dianya punya masalah jadi dia tidak bisa ikut dalam perlombaan. Kita berharap kepada Muhammad Sukri sebagai santri baru kelas VII. Kami sudah latih dan berikan beberapa materi yang seri dibawakan para comedian.” Jelas Assa.
Muhammad Sukri yang diikutkan sebagai calon peserta, namun tidak memenuhi kriteria karena belum cukup setahun untuk mengikuti kompetisi. Dari pengamatan Ustadz MBS pada waktu itu. Akhirnya terpilih Assa sebagai calon peserta Pospenas 2019, yang diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat.
“Sebenarnya saya tidak punya ambisi untuk mengikuti kompetisi itu. Asli, niat saya cuman membantu ustadz untuk memilih santi yang siap untuk mengikuti seleksi Kemenag, waktu itu, cuman yah, Marko tidak bisa dan Muhammad Sukri juga tertolak, mau tidak mau akhirnya sayalah dipilih oleh para ustadz untuk mengikuti kompetisi tersebut”. Kenang Assa sambil tersenyum.
Setelah mengikuti seleksi dari Kemenag, Assa akhirnya terpilih untuk mewakili Kalimantan Utara sebagai peserta dari Pekan Olahraga dan Seni antar Pondok Pesantren Tingkat Nasional (Pospenas).
“Saya awalnya tidak merasa percaya diri, karena saya menilai saya ini masih amatir dalam dunia Komedi apalagi Stand Up Comedi, saya tidak tahu apa-apa. Dan orang-orang dirumah saya cukup terkejut dengan terpilihnya saya di kompetisi tersebut. Abah saya pun terkejut dengan terpilihnya saya “. Lanjut Assa.
“Keluarga saya cukup mendukung pada akhirnya. Abah juga memberikan dukungan dengan memilihkan guru untuk membimbing saya dalam dunia Stand Up comedy, Abang Sapri namanya. Beliau bekerja di BAZNAS dan memang menggeluti dunia tersebut. Beliau memberikan arahan kepada saya bagaimana caranya membuat materi Stand Up yang rapi”. Tutur Assa.
“Percaya diri saya muncul ketika open mic di acara gladi bersih wisuda Tahfidz tahun 2019, dua atau sehari sebelum saya berangkat. Tepatnya di Hotel Lotus Panaya, lokasi diselenggarakannya Wisuda Tahfidz MBS Tarakan. Didepan teman-teman dan para ustadz, saya mencoba tampil membawakan materi dan reaksinya sungguh luar biasa, teman-teman tertawa dengan materi saya tentang “kamar mandi di Pondok itu pake sistem booking”. Setelah tampil di hotel itulah saya muncul, dan yakin bisa menjadi terbaik.” Jelas Assa, mencoba mengingat kembali momen Open micnya.
Pospenas diselanggarakan di Bandung 25 – 30 November 2019. Nurrahman Ass’adah tampil mewakili Kalimantan Utara. Santri yang aktifitasnya menghapal Al Quran dan belajar ini, mencoba untuk membuktikan bahwa dirinya layak berada di kompetisi Pospenas, dan menjadi yang terbaik tentunya.
“Saya, terus terang gugup ketika melihat calon lawan. Mereka semua membawa buku teks untuk menghapalkan materi. Bapak Pembina kami bahkan bertanya ke saya, apakah saya tidak punya buku macam peserta lain, karena saya waktu itu modalnya cuman kertas HVS”. Tambah Assa.
“Ketegangan saya bertambah, karena saya peserta ketiga. Gugupnya setengah mati. Tapi saya ingat pesan bang Sapri, kalau kamu gugup coba kamu lakukan apa yang diminta sama tubuhmu. Karena waktu itu, tubuh saya mintanya lari, maka saya mencoba menghilangkan kegugupan itu dengan berlari. Setelah berlari, saya mencoba menyaksikan penampil pertama dan kedua. Ternyata mereka belum bisa membuat ketiga juru untuk tertawa, terutama Komeng dan Jarwo Kwat, yang memang adalah comedian papan atas di Indonesia”. Kenang Assa.
“Tapi sebelum tampil, saya kembali mengingat bahwa saya disini tidak dikenal, dan itu suatu keuntungan. Orang-orang tidak tahu siapa saya, dan bisa tampil apa adanya lepas dan tidak ada beban. Bahkan setelah saya tampil saya merasa lega, dan berdoa semoga penampilan saya tidak mengecewakan”. Jelas Assa
“Pada saat pengumuman, pembawa acaranya mengumumkan bahwa penampil ketiga mendapatkan juara ketiga. Karena, tidak percaya Komeng mengambil alih dan mengumumkan ulang, dan benar saya berada pada posisi ketiga. Saya disuruh ke panggung dan Komeng menarik saya untuk turun lagi lewat tangga yang lainnya.”. Kenang Assa
“Juara ketiga ini, memang belum sebaik menjadi juara kedua apalagi yang pertama. Namun, menurut penuturan dewan juri saya adalah salah satu diantara peserta yang mampu menunjukkan cara Stand Up Comedy yang baik”. Tutur Assa.
Terpilihnya Assa menjadi juara ketiga pada perhelatan Pospenas, juga menjadi berita hangat di Tarakan, terutama di MBS tempatnya bersekolah. Dan itu menjadi keunikan tersendiri, bahwa dibalik padatnya aktifitas Pesantren, santri dapat mengasah bakat yang terpendam dalam diri mereka, dan Pesantren memberikan fasilitas untuk menunjang bakat-bakat tersebut. Perolehan medali Kontingen Kalimantan Utara pada ajang Pospenas tidak terlalu buruk, karena berada di Posisi ke-21. Sedangkan Jawa Barat sebagai Tuan Rumah berhasil menjadi juara umum.
Dengan pengalaman sebagai juara ketiga di Pospenas, Assa kemudian berharap untuk tetap bisa melanjutkan bakatnya itu suatu hari nanti. Cita-citanya menjadi seorang ulama, yang berkhidmat untuk Muhammadiyah, dan berharap untuk dapat melanjutkan pendidikan di Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) yang berada di Yogyakarta.
“Maunya sih saya tetap melanjutkan Stand Up Comedy, cuman saya berpikir untuk lebih memperdalam Ilmu Agama. Setelah Tamat, saya berkeinginan untuk melanjutkan ke PUTM. Dari situ nanti, jika kesempatan, bisa sambil belajar Stand Up, tapi yang lebih utama tetap memperdalam Ilmu Agama. Dan berguna bagi Ummat. Saya bercita-cita jadi tokoh ummat seperti ustadz yang mengajar saya di MBS, Ustadz Intan Sumantri”. Jelas Assa.
Itulah tadi perjalanan seorang Nurrahman Ass’adah menjadi juara ketiga di ajang Pospenas 2019. Dari situ kita dapat pelajaran, bahwa menempuh pendidikan di Pondok Pesantren dapat menumbuhkan bakat atau potensi terpendam dari dalam diri kita.
Tarakan, 09 – 02 – 2021
Penulis AgP
1 komentar
omambung, Tuesday, 9 Feb 2021
mantap👍