Cinta kita Terhalang Iman
Beberapa waktu lalu muncul banyak berita, baik media sosial maupun berita konvesional seperti televisi dan koran. Berita itu tentang staf khusus presiden Ayu Kartika Dewi menikah dengan Gerald Bastian pengusahan dalam bidang platform media Kok-Bisa. Apa salahnya menikah? Bukan menikah adalah cara yang paling baik dalam merayakan cinta?
Menikah beda agama bukanlah sesuatu yang baru, hal ini sudah lama terjadi tapi, akhir-akhir ini pernikahan beda agama menjadi booming. Pernikahan staf khusus presiden beberapa waktu yang lalu, bisa jadi akan menjadi trend baru bagi anak muda. Toh, akhir-akhir ini banyak trend baru bermuculan. Dari orang kaya baru, hingga mereka yang pura-pura kaya.
Generasi muda kita diperlihatkan berbagai hal. Pernikahan beda agama adalah salah satunya. Apakah melalui lagu, film dan eksplorasi berita mengenai pernikahan beda agama. Hingga muncul sebuah tanya, apakah mencinta karena beda keyakinan salah? Apakah hidup di negeri dengan berpuluh-puluh keyakinan, adalah sebuah siksaan? Mengapa cinta harus dihalangi?
Agama adalah seperangkat aturan moral yang kita yakini berasal dari Tuhan. Agama mengatur seluruh segmentasi kehidupan para penganutnya. Aturan moral agama itu memiliki ikatan yang mendalam dengan para pengikutnya, hingga mereka yang menjalankan aturan moral agama akan dianggap sebagai manusia taat, sedangkan mereka yang mengabaikan aturan moral agama dianggap tidak taat. Ketaatan terhadap aturan agama dianggap sebagai suatu nilai kebaikan. Sehingga, kebaikan manusia dilihat dari bagaimana mereka menjalan perintah agamanya dan menjauhi segala larangannya.
Menikah dalam setiap agama sesungguhnya diatur sedemikian rupa. Islam mengatur pernikahan dengan banyak tahapan, mulai dari perkenalan, melamar hingga menikah dengan mengucap Ijab Qabul. Begitupula dengan agama yang lain. Agama mengatur agar pernikahan itu berjalan dengan tujuan untuk menwujudkan keluarga yang Bahagia dengan menghadirkan kenyamana kepada kedua belah pihak, hingga melahirkan generasi-generasi hebat, tangguh dan dapat memikul tanggung jawab untuk melanjutkan ke generasi berikutnya.
Terus lantas bagaimana aturan islam terhadap pernikahan beda agama? Dalam Alquran dijelaskan sebagai berikut:
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahi laki-laki musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” [QS. al-Baqarah (2): 221]
Sehingga pernikahan beda agama tersebut dapat mengakibat batalnya pernikahan itu. Jika pernikahannya dianggap batal lantas bagaimana dengan keturunan yang dihasilkan dari pernikahan beda agama? Beberapa ‘ulama menghukuminya sebagaimana hubungan yang dilakukan tanpa pernikahan. Keturunannya, pada kasus staf khusus presiden beberapa waktu yang lalu, keturunannya tidak dapat dinisbatkan kepada ayahnya. Bahkan sang ayah tidak bisa mewariskan hartanya kepada keturunan-keturunannya.
Bukankah pernikahan itu seharusnya membawa kita Bahagia dunia dan akhirat. Bukankah cinta itu menggembirakan? Lantas kebahagian apa yang kita cari sehingga kita berani melawan hukum-hukum Tuhan? Cinta apa yang membawa kita jauh dari kebahagiaan hakiki?
Manusia pilihan Tuhan, semoga kesehjahteraan terlimpahkan kepadanya, memberikan kita tuntunan yang dahsyat dalam memilih pasangan kita. Beliau berpesan jika kita menikah hendaknya melihat beberapa hal dimulai dari harta, nasab hingga agamanya. Lantas beliau menegaskan bahwa agama adalah pilihan yang paling penting. Dalam sebuah kisah, Sang Manusia Pilihan Tuhan, harus rela melihat kedua putrinya harus bercerai dengan suaminya yang memilih untuk menjadi penyembah berhala. Rasa sayang mereka terhadap suami-saumi mereka, tidaklah melebih rasa sayang mereka terhadap agama yang mereka yakini kebenarannya. Hingga mereka menikahi sahabat Manusia Pilihan yang terkenal karena kedermawanan dan kesalehannya. Bukankah dibalik sebuah pengorbanan besar selalu ada hadiah yang akan kita terima diakhir cerita.
Tuhan menghadirkan cinta untuk manusia saling mengasihi, mengantarkan manusia pada cinta yang hakiki. Lupakan cintamu jika dia mengntarkanmu untuk melawan Tuhanmu. Jangan terpesona dengan kata-kata “cinta itu berasal dari Tuhan dan sifatnya suci, jika aku mencintai dia yang berlainan agama denganku maka sesungguhnya itu adalah Takdir Tuhan.” Itu adalah kata yang sering kita dengar seolah indah, namun sayang menjebak. Seperti kata Arif Wibowo dalam status facebooknya “pernikahan beda agama adalah perlawanan anak-anak muda terhadap hal yang mereka sebut sebagai konservatisme, namun akan berbeda jika mereka sudah menajadi tua, mereka akan butuh sentuhan spritual. Kedekatannya dengan Tuhan akan membuat mereka berfikir bahwa apa yang mereka lakukan adalah suatu kesalahan, dan pada akhirnya pernikahan itu akan berakhir dengan perceraian.”
“Cinta yang seamin tapi tidak seiman semestinya aku pura-pura lupa saja”
_Mahen_