karya : Amiin , Santri MBS
Suatu malam di Asrama Imajinasiku yang bernama Asrama Lali Barokah, aku terbangun dikeheningan malam pada pukul 03.27 wita, sahur ku bersama Didi. Dingin-dingin senyap gimana gitu, merinding uluh hati ku. Hal yang biasa kami alami telah menjadi kebiasaan di alam bawah sadar kami, bangun di bibir fajar seperti ini. Sebagai umat yang memberanikan diri karena percaya tidaknya kita selalu dilindungi. Kami pun pergi ke kamar ustad untuk meminta kunci dapur karena kami akan memasak di dapur untuk hidangan sahur kami.
Kamar ustad berjarak 21 langkah dari kamar kami. Kami harus melewati lorong yang gelap terlebih dahulu. Lorongnya gelap, pengap, lembab, dan memiliki bau khas. Kami pun berjalan dilorong dengan sempoyongan karena mata ini sejujurnya masih terlelap. Setibanya kami di depan kamar ustad, kami mengetuk pintu, tok…. tok…. tok…. ketukan pertama tidak ada jawaban, tok…. tok…. tok…. sampai 6x ketukan pun tidak ada jawaban. Kami pun berniat untuk langsung membuka pintu kamar ustad, saat kami hendak membuka kamar ustad tiba-tiba terdengar suara dari lorong memanggil nama kami.
Amiin…………
Didi……………
Suaranya serak dan keras, saat kami menoleh ke lorong………Astagfirullah…………ternyata ustad, hahaha kira siapa tadi. Kami pun langsung meminta kunci dapur. Tidak sengaja Didi berpeleset tinta hitam nan berlendir, apakah itu?……… aku pun membantu Didi dan set…………brukkkk………. Aku ikut terjungkal, gedebukkk…………Alhamdulillah hanya sakit pinggang, ustad pun bermaksud membantu namun akhirnya ikut terpeleset. Kami bertiga berusaha untuk berdiri, Alhamdulillah dengan usaha dan kerja keras kami dapat berdiri dengan mudah dan nyaman. Set……….
‘akhirnya’ (berteriak bersama).
“Sedang apa kalian nak?”(tanya ustad).
Kami pun menjelaskan maksud dan tujuan kami. Ustad yang ternyata meninggalkan kunci di kantong celananya mulai kehilangan arah, karena kunci tersebut berpindah tempat tanpa disadari, sepertinya jatuh saat terpeleset tadi. Akhirnya ustad, aku, dan Didi kembali ke tempat dimana terpeleset.
“Kuncinya punya kaki yah, Ustad?”………..
Jam menunjuknya fajar akan segera tiba, dengan sigap kami mencari kunci dan menemukannya. Segera kami menuju dapur, eh…. eh…. eh…..
Suara aneh kembali tedengar agak jauh dibelakang kami,
sretttt…sretttt…..srett……
ternyata suara sapu ibu dapur yang membersihkan air kopi yang tumpah ditempat kami jatuh tadi. Secepat mungkin kami menuju dapur. Dengan membawa kunci spesial ini, kunci dapur ini membuat sesat, pikiran jadi traveling….. akhirnya sudah digenggaman kami langsung menuju dapur, dapur berada di lantai dasar, kami pun turun kebawah melewati tangga samping. Pada saat kami tiba di depan dapur, kami seperti mendengar aktivits di dalam dapur. Setelah diterka lebih dalam dan semakin dalam seperti ada yang memasak. (Bulu…. Kuduk…….Naik…………..) hawa disekitar berbuah drastis terada dingin dan mencekam, aku memberanikan diri untuk membuka dapur
*click* gemboknya terbuka
saat aku hendak mendorong pintunya terdengar suara piring berjatuhan
*taaaast…taast…taaast…taast…..*
saat aku membuka pintunya terlihat sosok tinggi tua, dengan kaki yang berpijak tak sempurna dan tangan yang tekeliwai, ternyata itu adalah………….. KAI’
-Bersambung………….
penulis : amin
editor : Enggar